Ratusan anggota Pasoepati meneror sejumlah pemain PSIM Jogja yang sedang menjajal Stadion Manahan, Selasa (3/4/2012) sore. Akibat teror secara verbal dan lemparan botol air mineral dan beberapa batu itu, tahap menjajal lapangan yang dilakukan Nova Zaenal dkk menjadi terganggu.
Suasana di dalam stadion sedikit mencekam setelah ratusan Pasoepati yang awalnya duduk rapi di tribun merangsek turun ke lapangan. Di tengah situasi seperti itu, beberapa Pasoepati merusak perlengkapan latihan PSIM Jogja yang ditaruh di pinggir lapangan. Bukan itu saja, para pemain PSIM mengaku kehilangan sepatu ket, sepatu bola, kaos, dan sandal. Hal yang paling parah diderita pemain PSIM, yakni teror tersebut dipastikan mempengaruhi psikologi anak asuh Hanafing menjelang laga panas tanpa penonton melawan Persis di Stadion Manahan, Rabu (4/4/2012) sore.
Semula, ratusan Pasoepati mengikuti acara syuting pembuatan film Hari Ini Pasti Menang di stadion mulai pukul 10.00 WIB. Mereka bernyanyi dan menari di tribun VIP sampai sore hari sesuai arahan sutradara, Andibachtiar Yusuf. Mestinya, sore kemarin kondisi stadion steril dari berbagai kegiatan di luar menjajal lapangan kedua tim yang akan saling berjibaku. Anehnya, ratusan Pasoepati tetap dipersilakan ‘menduduki’ stadion hingga sore hari untuk pengambilan gambar.
Tepat pukul 16.11 WIB, Nova Zainal dkk yang baru saja menempuh perjalanan panjang Jogja-Solo tiba di stadion. Mereka merasa perlu menjajal lapangan. Pada saat itulah, Pasoepati meneror secara verbal terhadap para pemain. Tak sampai di sana, Pasoepati melempari para pemain PSIM Jogja dengan modal botol air mineral. Aksi emosional ratusan Pasoepati itu dipicu hubungan yang tak harmonis dengan pendukung PSIM Jogja, Brajamusti beberapa tahun terakhir.
Merasa tak bermusuhan dengan Pasoepati, Nova Zaenal dkk tetap menjajal lapangan. Mereka berlatih kontrol bola dan fun game di tengah hujatan Pasoepati. Para pemain PSIM sengaja memanfaatkan lapangan di sebelah timur guna menghindari lemparan botol air mineral dan batu dari Pasoepati di tribun VIP barat. Dalam kondisi seperti itu, tak nampak aparat kepolisian. Hal ini menjadikan ulah Pasoepati semakin ‘liar’. Konsentrasi Pasoepati sudah terpecah antara mengikuti pengambilan gambar atau meneror para pemain PSIM.
Klimaksnya, pukul 16.40 WIB, ratusan Pasoepati yang ingin keluar stadion justru merangsek ke tengah lapangan. Mereka melempari dan meneriaki para pemain PSIM dengan kata-kata kasar. Bahkan, perlengkapan pemain PSIM, seperti kaos, sepatu, sandal, air minum di pinggir lapangan dirusak Pasoepati. Tak sedikit, para pemain PSIM Jogja yang mengaku kehilangan barang pribadinya. Seorang official PSIM yang berusaha mengamankan perlengkapan pemain PSIM nyaris menjadi bulan-bulanan Pasoepati. Beruntung, official tersebut mengurungkan niatnya dan berlari menjauhi kerumunan Pasoepati.
Aparat kepolisian baru masuk ke stadion pukul 16.57 WIB untuk menenangkan keadaan. Terlihat, beberapa perwira Polresta Solo, seperti Kasatreskrim, Kompol Edy Suranta Sitepu dan Kabag Ops, Kompol Giyono sibuk mengatur keadaan. Tak berselang lama, para pemain PSIM telah menyelesaikan sesi menjajal lapangan. Setelah dievakuasi ke dalam truk Dalmas, para pemain dan official PSIM dikawal ekstra ketat ke hotel penginapan di Indah Palace Solo pukul 17.31 WIB. Mereka terpaksa diangkut truk dalmas guna menghindari berbagai hal yang tak diinginkan, termasuk perusakan bus yang ditumpangi pemain PSIM.
“Banyak barang-barang pemain yang hilang, seperti sepatu Adidas dan bermerek lainnya. Untungnya, tak ada dompet atau barang elektronik kami yang hilang. Info sementara, seperti itu,” jelas Nova Zaenal saat ditemui Espos seusai kejadian.
Pelatih PSIM, Hanafing mengaku kaget dengan ulah Pasoepati. Dirinya tak tahu sama sekali kenapa Pasoepati bertindak seperti itu. Dirinya baru mengetahui dari cerita anak asuhnya kalau hubungan Pasoepati dengan Brajamusti berjalan tak harmonis.
“Mestinya, dapat dibedakan urusan suporter dengan pemain. Kami sama sekali tak memiliki cerita masa lalu dengan Pasoepati. Sudah sepantasnya, suporter di Indonesia bersikap sportif. Otomatis, kondisi ini mempengaruhi psikologi pemain kami. Tapi, saya berusaha untuk memberi pemahaman kepada mereka. Kalau seperti ini terus, sulit memang menyelesaiakan persoalan suporter,” katanya.
Saat aksi teror berlangsung, pentolan Pasoepati yang juga dirijen Pasoepati, Maryadi Gondrong berada di tempat kejadian perkara (TKP). Di samping itu, ada pula Sekjen DPP Pasoepati, Anwar Sanusi. Para pentolan Pasoepati itu berulang kali berusaha meredam kebringasan anggota Pasoepati yang gelap mata. Namun, mereka kewalahan mengatur ratusan Pasoepati yang sudah bertindak di luar kewajaran.
“Saya fokus menyelematkan pemain PSIM tadi (kemarin -red). Kalau ada anggota Pasoepati yang menyerang secara fisik terhadap pemain, otomatis akan saya atasi sendiri,” katanya. (harianjogja)
Comments :
Posting Komentar