"Ini dilakukan agar terciptanya situasi kondusif di Solo baik sebelum, sepanjang, dan setelah laga antara kedua tim," kata Presiden Pasoepati Bimo Putranto.
Di balik persaingan ketat antar dua tim tetangga dalam "derby mataram" itu, memang juga muncul perseteruan antara Pasoepati sebagai barisan pendukung Persis dengan Brajamusti sebagai pendukung PSIM.
Dari catatan yang ada,sekitar tahun 2003 lalu bentrok antarkeduanya memang sempat terjadi. Saat itu Pasoepati yang mendukung Persijatim Solo FC (sekarang Sriwijaya FC-red) terlibat tawuran dengan Brajamusti. "Catatan sejarah kami berdua memang buruk. Makanya kami meminta dengan sangat agar mereka (Brajamusti-red) tidak datang ke Solo," jelasnya.
Bimo mengaku sampai saat ini pihaknya belum menjalin komunikasi dengan Brajamusti, termasuk untuk melakukan rekonsiliasi. "Komunikasi kami berdua belum terjalin baik dan untuk Brajamusti sendiri juga memang tidak menghubungi kami menjelang pertandingan Senin pekan depan," tambahnya.
Sementara itu keinginan Pasoepati yang meminta kepada Brajamusti untuk tidak hadir ke Stadion Manahan mendapat dukungan dari Panitia Pelaksana (Panpel) Pertandingan. Ketua Panpel Pertandingan Paulus Haryoto mengaku tidak akan memberikan jatah bagi para suporter PSIM.
Biasanya, panpel selalu memberikan kuota 1.000-2.000 bagi suporter tim tamu setiap Persis menggelar laga kandangnya. "Kami tidak memberikan kuota bagi Brajamusti. Terlalu berisiko," jelas Paulus.
Dia juga mengatakan, pihaknya tidak akan menambah jumlah personel keamanan untuk laga itu. Yakni tetap 300 petugas keamanan dari TNI/Polri dan keamanan internal. Di sisi lain, menjelang laga panas tersebut, Selasa (29/12) malam, manajamen Persis mengumpulkan seluruh pemain dan tim pelatih.
"Hanya pengarahan dan memberikan motivasi saja agar Persis bisa meraih poin penuh di sisa laga kandang putaran pertama ini," tandas Sekretaris Manajer Sapto Joko Purwadi.
Comments :
Posting Komentar