Keputusan ini disampaikan menyusul bentrok yang terjadi pekan lalu, saat Laskar Mataram, julukan PSIM beruji coba lawan Persopi Piyungan, Bantul. Uji coba sebelumnya saat menjamu Deltras Sidoarjo, juga diwarnai bentrokan.
Hasyadi mengakui, atribut suporter dapat membuat pertandingan sepakbola lebih semarak. Namun dia hanya ingin jika pun ada, maka atribut yang dibawa bukanlah atribut yang menunjukkan identitas kelompok melainkan klub yakni PSIM.
“Tidak ada kelompok A atau B. Yang ada cuma pendukung PSIM. Itu saja. Jadi untuk atribut yang mengidentifikasi salah satu kelompok seharusnya memang dilarang untuk menghindari gesekan seperti yang terjadi sebelumnya,” kata Haryadi, Rabu (30/1/2013).
Haryadi menginstruksikan panpel pertandingan PSIM segera mempertemukan kedua kelompok, Brajamusti dan The Maident. Dia ingin pertemuan sudah digelar akhir pekan ini. “Minggu ini kedua kelompok suporter harus dipertemukan, dan itu menjadi tugas panpel pertandingan,” tegasnya.
Ketua Panpel PSIM Sukamto KS berjanji segera menjalankan instruksi Ketua Umum. Pekan ini juga, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Pemkot Yogyakarta ini bakal mempertemukan Brajamusti dan The Maident. Untuk masalah atribut, Sukamto mengaku masih berkoordinasi dengan pihak berwajib.
Hanya saja, larangan membawa atribut bukan diberlakukan kali ini saja. Tahun lalu, Panpel juga melarang atribut kelompok suporter di putaran kedua kompetisi. Kebijakan serupa diberlakukan tahun sebelumnya, saat terjadi bentrokan di Stadion Mandala Krida. “Untuk musim depan, kami masih berkomunikasi dengan pihak yang berjawab,” katanya. (sindo)
Comments :
Posting Komentar